Senin, 10 Juni 2013

Makalah Gulma quw




Makalah
Mata Kuliah          :   Tatalaksana Padang Penggembalaan Peternakan Rakyat
Dosen                   :   Prof. Dr. Ir. Syamsuddin Hasan, M.Sc

GULMA
Oleh :
NURJAYA                        I111 11 308



 



FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013



KATA PENGANTAR
              Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yangsenantiasa menganugrahkan segala bentuk nikmat dan inayahnya sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam tak lupa pula penulis haturkan pada junjungan kita Muhammad SAW, ialah sang revolusioner sejati yang telah menggulung permadani kebatilan dan membentangkan sajadah-sajadah kebaikan.
Selaku ummat manusia yang pada hakekatnya diciptakan dimuka bumi ini selaku khalifah, maka selayaknyalah kita mewakili Allah SWT dalam mengolah alam semesta ini dengan amal ilmiah dan ilmu amaliah.
Penulis menyampaikan rasa terimah kasih dan penghargaan yang tak terhingga kepada semua pihak  telah memberikan motivasi dan dukungannya baik dalam bentuk moril terlebih lagi dalam bentuk materil. Semoga segala bentuk apresiasi yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan yang layak dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa laporan  ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, namun besar harapan kiranya ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang peternakan, Amin.
Makassar,     Mei  2013
                                                                                     
                                                                                             Penulis



PENDAHULUAN
Latar Belakang
Gulma merupakan tumbuhan yang tidak sesuai dengan tempatnya atau tanaman yang tumbuh bukan pada tempatnya. Gulma merupakan tanaman yang keberadaan atau kehadirannya dapat mengganggu tanaman lain.Gulma mempengaruhi banyak fase pengusahaan tanaman dan menyebabkan kerugian-kerugian yang serius dalam hasil dan kualitas dan meningkatkan biaya produksinya.Kerusakan yang langsung disebabkan karena adanya gulma di dalam dan dekat lahan yang ditanamai berupa gulma dalam lahan tanaman yang mengurangi hasil dan kualitas oleh persaingan kebutuhan tumbuh, seperti hara, air, dan cahaya.Gulma mengurangi efisiensi panen dan mesin-mesin, karena gulma yang membentang di tanah, membelit ke dalam mesin dan yang berdiri tegak menumpang pada panen (Ennis, 1967).
Menurut definisi ekologis gulma didefinisikan sebagai tumbuhan yang telah beradaptasi dengan habitat buatan dan menimbulkan gangguan terhadap segala aktivitas manusia (Sastroutomo, 1990). Gulma sering di tempatkan dalam kompetisi atau campur tangannya terhadap aktivitas manusia atau pertanian.
Mengingat keberadaan gulma  menimbulkan akibat - akibat yang merugikan maka dilakukan usaha-usaha pengendalian secara teratur dan terencana. Pengendalian gulma bukan lagi merupakan usaha sambilan, tapi merupakan usaha tersendiri yang memerlukan langkah efisien, rasional berdasarkan pertimbangan ilmiah yang teruji.
Berdasarkan definisi subjektifnya, gulma dapat diartikan sebagai tumbuhan yang tidak dikehendaki manusia karena tumbuh di tempat yang tidak diinginkan dan mempunyai pengaruh negatif terhadap manusia baik secara langsung ataupun tidak langsung. Keberadaan gulma tidak dikehendaki karena gulma mempunyai daya kompetisi yang tinggi (ruang, air, udara, unsur hara) terhadap tanaman yang dibudidayakan, sehingga mengganggu pertumbuhan dan menurunkan kualitas dan kuantitas hasil panen tanaman budidaya.
Tujuan Penulisan
            Tujuan penulisan makalah ini diharapkan agar kita dapat mengetahui pengertian maupun deskripsi gulma secara umum serta jenis gulma yang ada di sekitar kita. Selain itu, diharapkan pula agar kita dapat mengetahui model penyebaran maupun pertumbuhan gulma serta tindakan pengendalian yang dapat dilakukan agar gulma yang dianggap merugikan tidak menyebar luas.
           


PEMBAHASAN
Pengertian Gulma
Gulma adalah sebagai tumbuhan yang tumbuh pada areal yang tidak dikehendaki tumbuh pada areal pertanaman. Gulma secara langsung maupun tidak langsung merugikan tanaman budidaya. Pengenalan suatu jenis gulma dapat dilakukan dengan melihat keadaan morfologinya, habitatnya, dan bentuk pertumbuhanya. Berdasarkan keadaan morfologinya, dikenal gulma rerumputan (grasses), teki-tekian (sedges), dan berdaun lebar (board leaf). Golongan gulma rurumputan kebanyakan berasal dari famili gramineae (poaceae).
Pengelompokan Gulma
Gulma secara umum dapat diklasifikasikan berdasarkan habitat, karakteristik, siklus hidup, morfologi, dan  tingkat serangannya Anonim (2013) :
Pengelompokkan gulma berdasarkan habitatnya
  • Gulma agrestal atau segetal; gulma di lahan pertanian atau tanah-tanah yang mengalami pengolahan.
  • Gulma ruderal (rudus = sisa); gulma yang dijumpai pada tepi jalan, rel kereta api, atap gedung, tepi kolam; danau; rawa, tempat pembuangan sampah, dan sebagainya.
  • Gulma padang rumput; tumbuhan yang tidak dapat dimakan ternak atau tidak mempunyai nilai gizi  dan berpengaruh negatif pada ternak,
  • Gulma air;  tumbuhan air yang dalam populasi tinggi akan menimbulkan masalah bagi manusia misalnya kelancaran air irigasi, mengganggu transfortasi air, pendangkalan waduk, sungai dan lain-lain.
  • Gulma hutan;  jenis tanaman hutan yang tidak dikehendaki pada hutan sekunder seperti pada areal pembibitan dan areal penghijauan.
·         Gulma lingkungan;  tumbuhan pendatang yang agresif sehingga mampu manguasai vegetasi alami dan menghambat pertumbuhan jenis-jenis asli bahkan memmusnahkannya,
Pengelompokkan gulma berdasarkan karakteristiknya
  • Gula rumput (grasses); gulma yang memiliki batang bulat atau pipih berongga dan bentuk daun sempit.
  • Gulma teki (sedges); gulma yang memiliki batang bentuk segitiga, kadang-kadang bulat, dan tidak berongga, serta mempunayi sistem rhizoma dan umbi sangat luas.
  • Gulma daun lebar (broad-leaved weeds); gulma yang berdaun lebar dan banyak terdapat stomata pada permukaan daun bagian bawah.
Pengelompokkan gulma berdasarkan siklus hidup
  • Gulma semusim (annual); gulma yang menyelasaikan siklus hidupnya dalam satu musim (satu tahun) mulai dari perkecambahan biji hingga menghasilkan biji lagi. 
  • Gulma dua musim (biennial); gulma yang dapat hidup lebih dari satu tahun tetapi kurang dari dua tahun. Gulma ini memerlukan dua musim pertumbuhan untuk menyelesaikan siklus hidupnya. 
  • Gulma tahunan (perennial); gulma yang dapat hidup lebih dari satu tahun bahkan hampir tak terbatas. Setiap tahun pertumbuhan gulma ini dimulai dengan perakaran yang sama.
Pengelompokkan gulma berdasarkan morfologi
  • Gulma monokotil; gulma yang memiliki daun berbentuk pita, perebandingan panjang dan lebar daun nyata, tulang daun sejajar, tidak mempunyai tangkai daun, buah dan atau biji biasanya keras,
  • Gulma dikotil; gulma yang memiliki tulang daun menjari atau menyirip, pada setiap helai daun terdapat tangkai daun, letak daun berhadapan, berhadapan bersilang, atau berkarang.
Pengelompokkan gulma berdasarkan tingkat serangan
  • Gulma tidak ganas; gulma tidak begitu merugikan (dapat ditolerir), mudah dikendalikan,  lambat berkembang umumnya), tapi ada yang cepat, tidak tahan terhadap perubahan lingkungan atau daya adaptasi rendah.
  • Gulma ganas; gulma yang memiliki tingkat merusak tinggi, cepat berkembang, daya adaptasi tinggi, sulit dikendalikan, dan sangat merugikan.
Deskripsi Umum
Alang-Alang
Alang-alang atau ilalang ialah sejenis rumput berdaun tajam, yang kerap menjadi gulma di lahan pertanian. Rumput ini juga dikenal dengan nama-nama daerah seperti alalang, halalang. Alang-alang dapat berbiak dengan cepat, dengan benih-benihnya yang tersebar cepat bersama angin, atau melalui rimpangnya yang lekas menembus tanah yang gembur. Berlawanan dengan anggapan umum, alang-alang tidak suka tumbuh di tanah yang miskin, gersang atau berbatu-batu. Rumput ini senang dengan tanah-tanah yang cukup subur, banyak disinari matahari sampai agak teduh, dengan kondisi lembap atau kering.
Rumput Teki
Teki ladang atau Cyperus rotundus adalah gulma pertanian yang biasa dijumpai di lahan terbuka. Apabila orang menyebut "teki", biasanya yang dimaksud adalah jenis ini, walaupun ada banyak jenis Cyperus lainnya yang berpenampilan mirip. Teki sangat adaptif dan karena itu menjadi gulma yang sangat sulit dikendalikan. Ia membentuk umbi (sebenarnya adalah tuber, modifikasi dari batang) dan geragih (stolon) yang mampu mencapai kedalaman satu meter, sehingga mampu menghindar dari kedalaman olah tanah. Teki menyebar di seluruh penjuru dunia, tumbuh baik bila tersedia air cukup, toleran terhadap genangan, mampu bertahan pada kondisi kekeringan.
Eceng Gondok
Eceng gondok atau enceng gondok (Latin: Eichhornia crassipes) adalah salah satu jenis tumbuhan air mengapung. Selain dikenal dengan nama eceng gondok, di beberapa daerah di Indonesia, eceng gondok mempunyai nama lain seperti di daerah Palembang dikenal dengan nama Kelipuk, di Lampung dikenal dengan nama Ringgak, di Dayak dikenal dengan nama Ilung-ilung, di Manado dikenal dengan nama Tumpe. Eceng gondok pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang ilmuwan bernama Carl Friedrich Philipp von Martius, seorang ahli botani berkebangsaan Jerman pada tahun 1824 ketika sedang melakukan ekspedisi di Sungai Amazon Brasil. Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan.
Kandungan Gulma
Alang-alang
Akar alang-alang (Imperata cylindrica) dapat dimanfaatkan untuk  pakan ternak, memiliki kandungan seperti  asam asetat, asam oksalat, asam malat, dan asam sitrat  yang berperan dalam peningkatan efesiensi metabolisme energi dalam tubuh. Akar alang-alang (Imperata cylindrica) memiliki kandungan seperti  asam asetat, asam oksalat, asam malat, dan asam sitrat  yang berperan dalam peningkatan efesiensi metabolisme energi dalam tubuh dan dapat meningkatkan pertambahan berat badan (PBB) serta efisiensi pakan.
Akar alang-alang (Imperata cylindrica) memiliki kandungan nutrisi seperti protein 1,54 %, energi 3728 Kkal/kg, SK 0,24 %, lemak 0,29 %, Ca 0,16 % dan P 0,28%. Metabolit yang telah ditemukan pada akar alang-alang terdiri dari arundin, ferfenol, flavonoid, kampesterol, stigmasterol, ß-sitosterol, katekol, asam oksalat, asam sitrat, potassium (0,75% dari BK), sejumlah besar kalsium sejumlah besar kalsium dan 5-hidroksitriptamin. Menurut Mursito (2000) bahwa Akar alang-alang (Imperata cylindrica)  juga mengandung Air (81,00714%), Karbohidrat (6,3072%), Serat (5,8580%), Abu (1,1301%), monitol, senyawa K, sakarosa, glukosa, malic acid,  citric  acid,  arundoin,  cyllindrin,  fernenol,  simiarenol,  dan anemonin.
Rumput Teki
Tradisi pengobatan Cina memanfaatkan Teki, baik tunggal maupun dipadu dengan herbal lain. Dalam ramuan tradisional Indonesia, teki digunakan dalam bentuk campuran yaitu, dengan rebusan umbi teki bersama dengan rimpang jahe. Umbi ini juga digunakan untuk mengatasi kejang perut dan pelancar air seni (Diuretik).
Rumput teki mengandung Cyperon dan 0,45 – 1% minyak atsiri, di perdagangan dikenal dengan nama Cyperiol oil atau Oil of cyperiol atau Oil of Cyperus. 1 Minyak atsiri yang berasal dari Cina mengandung cyperene, pascholenone, sedangkan yang berasal dari Jepang mengan­dung cyperol, cyperene (cyperene I dan cyperene II), a-cyperone, cyperotundone dan cyperulone, disamping itu ditemukan pula alkaloid dan flavonoid, triterpen.          4 a-Cyperon me­ru­pakan senyawa seskuiter­pen keton, dan kadarnya dalam minyak at­si­ri sekitar 35-54%.
Eceng Gondok
Walaupun eceng gondok dianggap sebagai gulma di perairan, tetapi sebenarnya ia berperan dalam menangkap polutan logam berat. Eceng gondok mampu menyerap logam kadmium (Cd), merkuri (Hg), dan nikel (Ni), masing- masing sebesar 1,35 mg/g, 1,77 mg/g, dan 1,16 mg/g bila logam itu tak bercampur. Eceng gondok juga menyerap Cd 1,23 mg/g, Hg 1,88 mg/g dan Ni 0,35 mg/g berat kering apabila logam-logam itu berada dalam keadaan tercampur dengan logam lain. Logam chrom (Cr) dapat diserap oleh eceng gondok secara maksimal pada pH 7. Dalam penelitiannya, logam Cr semula berkadar 15 ppm turun hingga 51,85 persen. Selain dapat menyerap logam berat, eceng gondok dilaporkan juga mampu menyerap residu pestisida.
Penyebaran Gulma
Alang-alang
Alang-alang dapat berbiak dengan cepat, dengan benih-benihnya yang tersebar cepat bersama angin, atau melalui rimpangnya yang lekas menembus tanah yang gembur. Berlawanan dengan anggapan umum, alang-alang tidak suka tumbuh di tanah yang miskin, gersang atau berbatu-batu. Rumput ini senang dengan tanah-tanah yang cukup subur, banyak disinari matahari sampai agak teduh, dengan kondisi lembap atau kering. Alang-alang menyebar alami mulai dari India hingga ke Asia timur, Asia Tenggara, Mikronesia dan Australia. Kini alang-alang juga ditemukan di Asia utara, Eropa, Afrika, Amerika dan di beberapa kepulauan. Namun karena sifatnya yang invasif tersebut, di banyak tempat alang-alang sering dianggap sebagai gulma yang sangat merepotkan.
Rumput Teki
Pemencaran tanpa bantuan faktor luar
Pemencaran ini biasanya menggunakan alat pemencaran yang biasanya tidak memungkinkan penyebaran yang luas, misalnya :
a.    Stolon atau Geragih, Batang yang menjalar di atas tanah, Tunas tumbuh di sepanjang batang. Contoh : pada rumput teki, rumput gajah, strawberi.
b.    Umbi Batang, Bagian batang yang digunakan untuk menyimpan makanan umbi, ini mempunyai banyak tunas, bila keadaan lingkungan cocok, mata tunas akan tumbuh menjadi tumbuhan baru. Contoh : kentang.
c.    Umbi Lapis, Merupakan batang dengan ruas-ruas yang sangat pendek dan sangat rapat. Pada setiap ruas terdapat lapisan sisik yang merupakan modifikasi dari daun. Contoh : bawang merah, bakung, tulip, leli.
d.    Akar Rimpang atau Akar Tinggal (Rizom), Merupakan batang yang menjalar di bawah permukaan tanah. Contoh : beberapa jenis rumput, kunyit, lengkuas, dahlia.
e.    Gerak Higroskopik dari buah polong, Buah polong akan pecah bila kering, maka bijinya akan terpental keluar. Contoh : petai, lamtoro, kapri, karet, jarak.
Pemencaran Tumbuhan Dengan Bantuan Faktor Luar
a.    Anemokori, Pemencaran biji dengan bantuan angin. Biji dapat terpencar jauh dari induknya. Dengan cara ini, alat pemencaran mempunyai ciri sebagai berikut :
-biji kecil dan ringan, contoh : biji anggrek dan spora jamur
-biji berbulu atau berambut, contoh : alang-alang (Imperata cylindrica) dan kapok (Ceiba pentandra)
-biji bersayap, contoh : mahoni (Sweitenia mahagoni) dan damar (Agathis alba) buah bersayap, contoh : meranti (Shorea sp) dan tanaman suku Dipterocarpaceae
-biji terpencar karena tangkainya tergoyang angin, contoh : Opium (Popover somniferum)
b.    Hidrokori, Pemencaran biji dengan bantuan air. Bijinya mempmyai ciri ringan dan embrio/lembaganya mempunyai pelindung yang baik. Contohnya : kelapa (Cocos nucifera), nyamplung (Calophylum sp).
c.    Zookori, Pemencaran dengan perantaraan hewan
-Ornitokori : pemencaran dengan perantaraan burung. Biasanya bij tanaman ini tidak dapat dicerna dan akan keluar bersama kotoran burung. Contoh : beringin (Ficus benjamina), benalu (Loranthus sp).
-Kiroptorokori : pemencaran dengan perantaraan kelelawar. Contoh : jambu biji (Psidium guajava), pepaya (Carica papaja).
-Entomokori : pemencaran dengan perantaraan serangga. Contoh : wijen (Sesamum sp), tembakau (Nicotiana tabacum).
-Mammokori : pemencaran dengan perantara mamalia. Contoh : kopi (Cofea tanaman sp), delima.
d.    Antropokori, Pemencaran dengan perantaraan manusia.
-Pemencaran secara sengaja.
Contoh : kelapa sawit dari Afrika ke Indonesia.
- Pemencaran secara tidak sengaja.
Contoh : biji rumput-rumputan yang menempel pada baju/celana.
Eceng Gondok
Eceng gondok tumbuh di kolam-kolam dangkal, tanah basah dan rawa, aliran air yang lambat, danau, tempat penampungan air dan sungai. Eceng gondok hidup mengapung di air dan kadang-kadang berakar dalam tanah. Tumbuhan ini dapat beradaptasi dengan perubahan yang ekstrem dari ketinggian air, arus air, dan perubahan ketersediaan nutrien, pH, temperatur dan racun-racun dalam air. Pertumbuhan eceng gondok yang cepat terutama disebabkan oleh air yang mengandung nutrien yang tinggi, terutama yang kaya akan nitrogen, fosfat dan potasium. Kandungan garam dapat menghambat pertumbuhan eceng gondok seperti yang terjadi pada danau-danau di daerah pantai Afrika Barat, di mana eceng gondok akan bertambah sepanjang musim hujan dan berkurang saat kandungan garam naik pada musim kemarau.
Teknik Pengendalian
Teknik Pengendalian Gulma secara terpadu dapat dilakukan sebagai berikut (Putra, 2012):
·           Gulma ditebas dengan parang kemudian dihamparkan di lahan sebagai mulsa.
·           Gulma ditebas dengan parang kemudian dilakukan pengolahan tanah. Selanjutnya dilakukan penanaman padi dan penyiangan menggunakan herbisida pra-tumbuh.
Kalangan pertanian sepakat dalam mengadopsi strategi pengendalian gulma terpadu untuk mengendalikan pertumbuhan gulma. Agensi pengendali gulma dinamakan herbisida (herbicide). Pada pengendalian gulma, mengendalikan gulma secarakhemis merupakan salah satu cara pengendalian disamping pengendaliansecara manual/mekanis. Dalam mengendalikan gulma secara khemis digunakan herbisida. Herbisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan gulma. Penyemprot harus memastikan bahwa herbisida yang diberikan terarah pada gulma dan meniadakan persentuhan semprotan herbisida terhadaptanaman. Herbisida merupakan bagian atau anggota dari pestisida. Selain herbisida, pestisida terdiri atas insektisida, fungisida, bakterisida dan lain-lain.
Dalam pengendalian hama terpadu (PHT), herbisida digunakan sebagai alternatif terakhir jika masih ada cara lain yang lebih efektif dan aman digunakan. Pada tingkat tertentu herbisida merupakan senyawa beracun, sehingga pemakaian herbisida haruslah secara arif bijaksana dan memerlukan pendidikan konsumen dalam hal teknik aplikasi, pemakaian dan keselamatan. Hebisida umumnya relatif kurang beracun dibandingkan dengan insektisida dan fungisida. Herbisida juga tidak ampuh untuk segala jenis spesies gulma pada setiap tingkatan umur gulma. Herbisida menjadi penting dipertimbangkan pada saat efisiensi menjadi prioritas disaat modal menjadi terbatas atau pertanian dilaksanakan dalam skala luas.
Pemakaian herbisida dalam jangka panjang perlu mempertimbangkan kemungkinan resistensi gulma terhadap aplikasi herbisida. Gulma menjadi lebih tahan terhadap penyemprotan herbisida karena dilakukan berulang-ulang dalam jangka waktu lama dengan menggunakan suatu jenis herbisida yang sama. Pada umumnya konsep herbisida memenuhi kriteria sedikit, selektif, sistemik dan sekuriti (keamanan). Dalam jumlah sedikit herbisida harus efektif  menghambat atau mematikan gulma. Herbisida juga harus selektif mematikan gulma dan tanaman terhindar dari efek merugikan. Herbisida juga dimungkinkan untuk dapat masuk dalam sistem jaringan gulma dan mematikan gulma. Herbisida juga harus aman terhadap pemakai atau penyemprot dan lingkungan.


PENUTUP
Kesimpulan
            Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat, dan  kondisi yang tidak diinginkan manusia. Sedangkan Menurut definisi ekologis gulma didefinisikan sebagai tumbuhan yang telah beradaptasi dengan habitat buatan dan menimbulkan gangguan terhadap segala aktivitas manusia. Program pengendalian gulma yang tepat untuk memperoleh hasil yang memuaskan perlu dipikirkan terlebih dahulu. Pengetahuan tentang biologis dari gulma (daur hidup), faktor yang mempengaruhi pertumbuhan gulma. Kebanyakan Gulma adalah tanaman yang cepat tumbuh dan dapat menghasilkan sejumlah besar biji dalam waktu singkat. Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi.
Kalangan pertanian sepakat dalam mengadopsi strategi pengendalian gulma terpadu untuk mengendalikan pertumbuhan gulma. Agensi pengendali gulma dinamakan herbisida (herbicide). Pada pengendalian gulma, mengendalikan gulma secarakhemis merupakan salah satu cara pengendalian disamping pengendaliansecara manual/mekanis. Dalam mengendalikan gulma secara khemis digunakan herbisida.


DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013. Identifikasi Gulma dan Penggolongannya. http://aslilah.blogspot.com/.html. Diakses pada tanggal 14 Mei 2013.
Hartadi, H. S. Reksohadiprodjo, dan A. Tillman. 1986. Tabel Komposisi Pakan  untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Moenandir, J. 1988.Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma.Buku 1. Rajawali Press, Jakarta. 122 hlm.
Mursito, B. 2000. Ramuan Tradisional. Jakarta: Penebar Swadaya.
Putra. 2012. Pengendalian Hama Penyakit dan Gulma. http://poetrasentence.blogspot.com/.html. Diakses pada tanggal 15 mei 2013
Sastroutomo, S. S. 1990. Ekologi Gulma. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sukman,Y dan Yakup. 1995. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Tjoet Nyak Nuroel Izzatie. 2011. Gulma. Tjoet Nyak Nuroel Izzatie.blogspot.com             Diakses pada tanggal 15 mei 2013.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar